...Satu lagi temanku datang, yang sudah dari tadi kami tunggu. Baru terlihat batang hidungnya sekarang. Nah, lengkap sudah anggota empat sekawan, persahabatan yang sudah terbentuk sejak kami masih Sekolah Dasar. Kami berempat bertetanggaan, rumah kami masing – masing berjauhan, namun masih dalam satu komplek perumahan.
Dengan langkah seperti orang yang tak punya
tenaga, ia turun dari motornya dan menghampiri kami. Melihat caranya
melangkahkan kaki, ku berpikir ada sesuatu masalah yang sedang dia alami. Tak
seperti biasanya, yang selalu riang selama bersama kami. Langkahnya seperti
menunjukkan tidak adanya kalori dalam tubuhnya. Energinya seperti telah habis,
seperti telah ia keluarkan semuanya untuk melawan pasukan robot. Ada apa
denganmu, Katon?
Belum sempat ku bertanya kepada Katon mengenai
keadaannya, Daus sudah terlebih dahulu mendahului.
“Loe kenapa Ton?. Kok kayak e lemes gitu”,
kata Daus yang juga memperhatikan langkah Katon.
“ He’e e.. kayaknya gak semangat ”, kataku.
Sambil mencari tempat untuk duduk, Katon mencoba menjawab pertanyaan kami.
“ Gimana gak lemes, aku barusan dimarahi
mamiku”, jawabnya.
“ Ada masalah ya? Cerita ke kita dong, siapa
tahu bisa bantu”, sahut Syahdan.
“ Iya, aku juga mau crita, begini….. ”,
jawabnya sambil duduk ditengah-tengah kami, Katon mulai menceritakan
masalahnya.
Katon terjebak dalam situasi kritis dan sangat
mungkin ia tidak dapat mengikuti ujian akhir. Surat peringatan telah
diterimanya tiga kali. Surat yang ditujukan untuk orang tuanya itu tidak pernah
ia sampaikan, masih terlipat rapi di dalam tas sekolahnya. Nilai-nilai rapor
Katon hancur karena agaknya ia sulit berkonsentrasi dalam pelajaran sekolahnya.
Hari demi hari pendidikannya semakin memprihatinkan. Wali kelasnya sudah tak
tahan lagi dengan keadaan anak didiknya yang tak kunjung membaik. Dan pagi hari
tadi, beliau datang ke rumah Katon. Beliau menceritakan pendidikan Katon yang
semakin mencemaskan. Termasuk nilai-nilai ulangannya yang persis penerjun yang
terjun dengan parasut cadangan yang tak mengembang, terjun bebas. Ia tidak
pernah menceritakan hal ini pada siapapun, bahkan kepada kami, dan apalagi
kepada orang tuanya. Baru kali ini ia menceritakannya, rapor terakhirnya
memperlihatkan deretan angka merah seperti punggung dikerok. Tak
tangung-tanggung Matematika, bahasa Inggris, dan IPA hanya mendapat angka 3.
Mendengar apa yang diceritakan oleh wali
kelas, jelas orang tua Katon merasa malu dan sekaligus marah. Saat wali
kelasnya pulang, Katon langsung dimarahi, dinasehati dan diberi pelajaran oleh
kedua orang tuanya, terutama dari ayahnya. Ayahnya menuding pacaran sebagai
sumber dari kemerosotan nilai – nilai Katon. Katon hanya merunduk dan
mendengarkan semua perkataan kedua orang tuanya. Memang baru kali ini Katon
memiliki kekasih, semenjak itu ia memberikan perhatiannya kepada orang lain
daripada kepada pelajarannya. Dan setiap kali kami berkumpul, Katon selalu
menceritakan percintaanya kepada kami. Kami juga dengan baik mendengarkan apa
yang diceritakannya. Kami ikut senang jika Katon senang. Namun jika keadaanya
malah seperti ini, bukankah hanya akan merugikan diri Katon sendiri. Kadang
sesuatu yang awalnya terlihat baik justru buruk pada akhirnya dan kita tidak
menyadarinya. Seperti itulah apa yang dialami temanku, Katon.
Katon juga menyadari bahwa pacaran membuatnya
tidak dapat berkonsentrasi dalam belajar. Malam hari saat seharusnya dia
belajar justru dipakainya untuk “sms-an” dengan kekasihnya. Sehingga keesokan
harinya ulangannya mendapat nilai buruk. Aku yang juga teman satu SMA dan juga
teman sekelasnya, sering melihat Katon tidak memperhatikan guru saat mengajar.
Ia juga kesulitan dalam menjawab pertanyaan yang diberikan. Katon sering
melamun sendirian dan mungkin hanya kekasihnya yang ada dalam pikirannya. Cinta
bagaikan bejana anggur yang telah mengisi penuh cawan Katon, dan ia meminumnya
sebanyak apa pun yang dituangkan. Lalu dia menjadi mabuk karena tidak menyadari
kekuatan sang anggur. Mabuk yang pertama kali adalah mabuk yang paling
memusingkan. Jatuh yang pertama kali adalah jatuh yang paling menyakitkan.
Orang-orang berkata bahwa cinta pertama adalah yang terindah, dan kenangan
bahagianya tidak akan pernah mati. Dan barang kali seperti itu yang dirasakan
Katon. Ia terlampau bahagia hingga tidak pernah mempersoalkan bahwa cinta yang
tengah menyelimutinya dapat berbalik mencekik, dan akhirnya akan menghancurkan
dirinya.
Kesalahan pertama: terlalu mencintai seseorang akan akan dapat menghancurkan diri, karena sesuatu yang berlebihan itu tidak baik.
Kesalahan pertama: terlalu mencintai seseorang akan akan dapat menghancurkan diri, karena sesuatu yang berlebihan itu tidak baik.
Mendengar ceritanya kami pun mengerti mengapa
ia terlihat begitu tidak bersemangat, tidak seperti biasanya, seperti
menunjukkan tidak adanya kalori dalam tubuhnya dan energinya seperti telah
habis, seperti telah ia keluarkan semuanya untuk melawan pasukan robot. Katon
termenung setelah menceritakan masalahnya kepada kami. Ia masih terlihat tidak
bersemangat, ya jelaslah masalahnya belum selesai. Kami berharap dengan Katon
menceritakan masalahnya kepada kami dapat mengurangi kegelisahannya walau hanya
seper seratusnya saja.
Mencoba untuk membantu Katon, Daus menyarankan
agar Katon menghentikan hubungan percintaannya terlebih dahulu.
“ Nggak !! aku nggak bisa, aku masih
mencintanya”, bantah Katon.
“Cinta ? Untuk apa jika hanya membuatmu
menderita”, sahutku hampir bersamaan dengan Syahdan.
“ Gak bisa, pokoknya gak bisa !! ”, seru Katon
mempertahankan pendapatnya.
Lalu tak tahu siapa yang memulai tiba-tiba
Katon tersenyum, seperti menandakan ia telah mendapatkan penyelesaian
masalahnya. Entah darimana ia mendapatkan cara tidak masuk akal yang unik,
lucu, dan paling mengandung mara bahaya. Entah setan mana yang membisikkan
suara kemusyrikan pada telinga Katon. Gagasan yang benar – benar jauh sekali
dari pemikiran orang bijak. Cara yang menurutnya paling mudah untuk
menyelesaikan masalahnya. Cara yang seharusnya tidak tersirat sedikitpun pada
pikiranya. Dan tak tanggung – tanggung, cara itu adalah pelanggaran paling
berat dalam konteks moral. Gagasan yang bisa saja berakibat buruk pada dirinya
dan dapat memperuburuk keadaan. Gagasan yang pasti tidak kami setujui dan pasti
tidak kami sarankan kepadanya. Katon memilih bahwa kekuatan supranatural dapat
memberi mereka solusi atas nilai – nilainya yang anjlok di sekolah. Melalui
jalan pintas dunia gaib perdukunan.
Perbedaan pendapat pun terjadi antara kami
Daus, aku dan Syahdan dengan Katon.
“ Caramu itu gak pantas dilakukan ! ”
“ Itu gak bener Ton ! ”
“ Bener – bener salah cara kamu itu ”
“ Cara kamu itu gak masuk akal Ton ” kami
bertiga bergantian menasehatinya. Namun dasar sudah watak keras kepala, Katon
tetap dengan ide gilanya itu. Berbagai nasehat kami sampaikan kepadanya mulai
dari bahayanya karena menyekutukan tuhan sampai akibat buruk jikalau melakukan
kesalahan juga syarat – syarat yang abnormal yang musti dikerjakan. Sepertinya
tak mempan padanya. Ia tetap yakin nilai – nilainya yang bermasalah di sekolah
dapat diatasi dengan bantuan dunia gaib yang menyekutukan tuhan.
“ Gak akan terjadi apa – apa, kita coba dulu.
Dah, kalian percaya aku aja” kata Katon mencoba meyakinkan kami.
“ Percaya pada ide konyol kayak gitu?? ”,
sahut Syahdan.
“ Dah begini aja daripada ntar tambah jadi
kacau, kita ikut saja. Ntar kalau ada apa – apa kami bisa bantu, tapi kami gak
mau ada urusan kalau terjadi sesuatu yang buruk. Gimana ? ” kata Daus mencoba
memperbaiki keadaan.
“ Ikut ? Jangan buat saran yang asal – asalan
Us ” , sahut Syahdan.
“ Kalau kita ikut kan bisa memantau kalau –
kalau terjadi sesuatu, Gimana Ko ? ” , tegas Daus.
“ Bener juga sih tapi kalau ada apa – apa aku
gak mau tau ” jawabku.
“ Dah tinggal kamu Dan, gak bakal terjadi apa
– apa deh ” , bujuk Katon.
Mata Syahdan tertuju pada kami bertiga, ia
sedang mempertimbangkanya.
“ Iy aku ikut deh, daripada nanti ada apa –
apa ma kalian ” , kata Syahdan.
“ Nah gitu donk itu namanya setia kawan” , kata
Daus.
Dan akhirnya kami menyetujui Katon, meski
dalam hati kami masih tidak setuju dengan hal yang akan kami lakukan.
Kesalahan kedua: memutuskan suatu solusi masalah tanpa pemikiran yang mantap.
Seminggu setelahnya, kami akan menemani Katon mewujudkan solusi yang sudah didapatkan seminggu sebelumnya. Pagi – pagi sekali Katon sudah menghampiriku. Sebelumnya aku sudah tahu kalau Katon menghampiriku sepagi ini. Jadi begitu ia tiba dirumahku kami langsung saja berangkat. Aktifitas belum banyak dimulai, bahkan orang tuaku masih terlelap, ya benarlah karena ini baru jam 4 pagi. Baru 4 jam orang melalui hari minggu kedua bulan April ini, kami empat sekawan sudah memulai aktifitas demi sebuah kesalahan...
[Bersambung Demi Kesalahan Part 3]
Kesalahan kedua: memutuskan suatu solusi masalah tanpa pemikiran yang mantap.
Seminggu setelahnya, kami akan menemani Katon mewujudkan solusi yang sudah didapatkan seminggu sebelumnya. Pagi – pagi sekali Katon sudah menghampiriku. Sebelumnya aku sudah tahu kalau Katon menghampiriku sepagi ini. Jadi begitu ia tiba dirumahku kami langsung saja berangkat. Aktifitas belum banyak dimulai, bahkan orang tuaku masih terlelap, ya benarlah karena ini baru jam 4 pagi. Baru 4 jam orang melalui hari minggu kedua bulan April ini, kami empat sekawan sudah memulai aktifitas demi sebuah kesalahan...
[Bersambung Demi Kesalahan Part 3]
0 komentar:
Posting Komentar